diktuip dari: http://wartasurakarta.wordpress.com/2011/06/21/alat-penjernih-air-tradisional-buatan-bantul/
Bahan:
1. Kapas (filter)
2. Arang tempurung (aktif)
3. Zeolit (aktif)
4. Wadah air (bisa bekas kaleng cat besar atau ember, dll)
5. Keran plastik
6. Pipa paralon (ukuran disesuaikan)
(Gambar 1: Alat Penjernih Air milik Soelidarmi- Bantul)
Alat penjernih ini (sprti pd gambar) dapat menghasilkan air jernih sertelah 30 menit. Air dimasukkan dengan gayung (tenaga manusia). Alat ini dapat dikembangkan dengan menggunakan mesin pompa yang akan menaikkan kapasitasnya.
IPTEKGUNA TIMUR INDONESIA
Sabtu, 17 Maret 2012
Rabu, 09 Maret 2011
Danau Sentani
Danau Sentani di bawah lereng Pegunungan Cycloops yang terbentang antara Kota Jayapura dan Kabupaten Jayapura, Papua, berpotensi untuk pengembangan budi daya ikan air tawar. Hal itu dikatakan dosen Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian (Stiper) Jayapura, Yunus Paelo, Senin.
Ia menjelaskan, potensi air Danau Sentani yang merupakan salah satu danau terbesar dan terluas di Papua itu sangat cocok untuk pengembangan budi daya ikan air tawar untuk peningkatan gizi keluarga dan salah satu sumber pendapatan daerah. “Sayangnya potensi itu sampai saat ini belum dikelola oleh pemerintah dan masyarakat sekitar secara efektif,” kata Yunus.
Ia menambahkan, dengan potensi debit air yang berskala besar tersebut, danau Sentani dapat dijadikan lahan budidaya berbagai jenis ikan air tawar, yang nantinya dapat memenuhi permintaan pasar di Papua bahkan sampai keluar Papua. “Danau Sentani bisa untuk budi daya banyak jenis ikan air tawar seperti Mujair, Mas, Lele, Nila, dan berbagai jenis ikan berprotein tinggi lainnya,” ujarnya.
Jika dibandingkan dengan pembudidayaan ikan air tawar di daerah lain, kata dia, hasilnya lebih banyak di danau Sentani, padahal debit airnya lebih kecil, karena mereka lebih memahami pembudidayaan ikan itu ditambah bantuan dan sosialisasi dari pemerintah setempat.
“Kita contohkan para petani di Samarinda, Kalimantan Timur yang begitu gigih mengembangkan berbagai jenis ikan air tawar di sejumlah sungai-sungai di kawasan itu, padahal debit airnya kecil jika dibandingkan Danau Sentani yang menyimpan debit air paling besar dari Pegunungan Cycloops,” terangnya.
Yunus mengemukakan, ada tiga faktor yang paling utama dalam pengembangan budi daya ikan air tawar yaitu penyediaan bibit ikan, penyediaan pabrik pengolahan pakan ikan, dan penyediaan pasar. “Saya pikir hal ini sangat perlu mendapat perhatian serius dari pemerintah daerah dan semua pihak terkait,” paparnya.(*an)
Dikutip dari: http://matanews.com/2009/07/21/potensi-lain-danau-sentani/
Ia menjelaskan, potensi air Danau Sentani yang merupakan salah satu danau terbesar dan terluas di Papua itu sangat cocok untuk pengembangan budi daya ikan air tawar untuk peningkatan gizi keluarga dan salah satu sumber pendapatan daerah. “Sayangnya potensi itu sampai saat ini belum dikelola oleh pemerintah dan masyarakat sekitar secara efektif,” kata Yunus.
Ia menambahkan, dengan potensi debit air yang berskala besar tersebut, danau Sentani dapat dijadikan lahan budidaya berbagai jenis ikan air tawar, yang nantinya dapat memenuhi permintaan pasar di Papua bahkan sampai keluar Papua. “Danau Sentani bisa untuk budi daya banyak jenis ikan air tawar seperti Mujair, Mas, Lele, Nila, dan berbagai jenis ikan berprotein tinggi lainnya,” ujarnya.
Jika dibandingkan dengan pembudidayaan ikan air tawar di daerah lain, kata dia, hasilnya lebih banyak di danau Sentani, padahal debit airnya lebih kecil, karena mereka lebih memahami pembudidayaan ikan itu ditambah bantuan dan sosialisasi dari pemerintah setempat.
“Kita contohkan para petani di Samarinda, Kalimantan Timur yang begitu gigih mengembangkan berbagai jenis ikan air tawar di sejumlah sungai-sungai di kawasan itu, padahal debit airnya kecil jika dibandingkan Danau Sentani yang menyimpan debit air paling besar dari Pegunungan Cycloops,” terangnya.
Yunus mengemukakan, ada tiga faktor yang paling utama dalam pengembangan budi daya ikan air tawar yaitu penyediaan bibit ikan, penyediaan pabrik pengolahan pakan ikan, dan penyediaan pasar. “Saya pikir hal ini sangat perlu mendapat perhatian serius dari pemerintah daerah dan semua pihak terkait,” paparnya.(*an)
Dikutip dari: http://matanews.com/2009/07/21/potensi-lain-danau-sentani/
Minggu, 06 Maret 2011
Mari Menyumbang Artikel
Mari, saudara-saudari, kerabat, kenalan, dan semua yang peduli pada perkembangan IPTEK khusunya bagi kawasan Timur Indonesia.
Mari menyumbang pemikiran, ide-ide, bahkan karya rancangan dan hasil penelitian yang berkaitan dengan pengembangan Iptek untuk kawasan Timur Indonesia.
Kami akan memuat karya - karya tersebut pada blog sederhana ini, sehingga dapat dibaca oleh khalayak yang juga memiliki kepedulian yang sama. hasil yang diharapkan adalah terjadinya tukar menukar ide, pemikiran, wacana, hingga hasil - hasil karya ilmiah sehingga turut menyumbang bagi kemajuan bagi negeri yang kita cintai.
Mari menyumbang pemikiran, ide-ide, bahkan karya rancangan dan hasil penelitian yang berkaitan dengan pengembangan Iptek untuk kawasan Timur Indonesia.
Kami akan memuat karya - karya tersebut pada blog sederhana ini, sehingga dapat dibaca oleh khalayak yang juga memiliki kepedulian yang sama. hasil yang diharapkan adalah terjadinya tukar menukar ide, pemikiran, wacana, hingga hasil - hasil karya ilmiah sehingga turut menyumbang bagi kemajuan bagi negeri yang kita cintai.
Apakah Kincir Angin solusi untuk kawasan Timur Indonesia
Negeri Kincir Angin,.. di mana lagi kalau bukan Belanda.
Sebutan ini telah melakat erat pada The Netherlands atau Holland. Negeri yang sejak dahulu kala telah menggunakan kincir angin sebagai sumber tenaga yang menggerakkan penggilingan gandum dan juga berbagai kebutuhan di negeri oranye itu. Dimungkinkan karena topografi Belanda yang relatif landai dengan tiupan angin yang cukup kencang sehingga memenuhi syarat dikembangkannya kincir angin.
Dewasa ini, kebutuhan akan energi telah meningkat di berbagai belahan dunia, termasuk di tanah air. Termasuk juga di Nusa Tenggara, Maluku, Sulawesi, dan Papua.
Pertanyaannya, "dapatkah" atau "cocokkah" teknologi tepatguna seperti kincir angin dapat dikembangkan di daerah - daerah ini?
Mengingat di beberapa daerah, memiliki tiupan nagin yang cukup keras dan stabil sepanjang tahun.
(Tulisan ini hanya sekedar permainan kata, sebagai bahan awal membangun blog sederhana, namun semoga saja berumur panjang, dan berguna).
Sebutan ini telah melakat erat pada The Netherlands atau Holland. Negeri yang sejak dahulu kala telah menggunakan kincir angin sebagai sumber tenaga yang menggerakkan penggilingan gandum dan juga berbagai kebutuhan di negeri oranye itu. Dimungkinkan karena topografi Belanda yang relatif landai dengan tiupan angin yang cukup kencang sehingga memenuhi syarat dikembangkannya kincir angin.
Dewasa ini, kebutuhan akan energi telah meningkat di berbagai belahan dunia, termasuk di tanah air. Termasuk juga di Nusa Tenggara, Maluku, Sulawesi, dan Papua.
Pertanyaannya, "dapatkah" atau "cocokkah" teknologi tepatguna seperti kincir angin dapat dikembangkan di daerah - daerah ini?
Mengingat di beberapa daerah, memiliki tiupan nagin yang cukup keras dan stabil sepanjang tahun.
(Tulisan ini hanya sekedar permainan kata, sebagai bahan awal membangun blog sederhana, namun semoga saja berumur panjang, dan berguna).
Langganan:
Postingan (Atom)